Harus Selalu
Positif
“Gak boleh negatif
thinking, pokoknya semua orang harus positif”
Kita sering
menganggap bahwa pikiran negatif itu selalu buruk, dan pikiran positif itu
baik. Memang sih, berpikiran positif bisa membuat kita lebih bersemangat. Tapi, jika memaksa diri dan orang lain untuk selalu positif, beda cerita!
Fenomena ini
disebut dengan “toxic positiviy”
alias positivisme yang toksik.
Optimis tapi Maksa
Hidup sebagai
seorang manusia gak bisa selalu optimis atau positif. Pasti ada aja hal-hal
yang membuat kita pesimis dan negatif. Hal itu normal, udah seharusnya, dan
memang harus dihadapi.
Orang-orang dengan toxic positivity tidak berfikir
demikian. Mereka sangat menekankan pentingnya optimisme dan menolak segala hal
yang negatif atau menyakitkan.
Toxic positivity
sendiri terdiri dari banyak jenis dan bisa muncul dalam keadaan apapun.
Contohnya:
Saat kita sedang
sedih atau kehilangan, mungkin karena putus cinta, tidak lolos perguruan
tinggi, dimarahin atasaan, dst. Akan ada beberapa orang yang berkata “Diambil
hikmahnya aja” atau “Lihat sisi positifnya ajaa”.
Meski mereka ini
maksudnya mau menghibur, tetap saja ini adalah salah satu bentuk dari toxic positivity dan bisa merugikan. Kok
bisaaa?
Kok bisa
merugikan?
Karena, alih-alih
berbagi emosi, meluapkan perasaan, dan mendapatkan dukungan yang semestinya,
seseorang bisa merasa bahwa perasaan mereka diabaikan atau gak diambil serius.
Toxic positivity menganggap bahwa emosi negatif itu
harus dihindari dan gak boleh ditanggapi. Padahal, semua emosi dan perasaan setiap
orang itu valid dan harus dihadapi secara serius.
5 ciri toxic
positivity
Ciri-ciri dari
orang dengan toxic positivity:
- Mengabaikan
masalah, bukan menghadapinya.
- Merasa
bersalah karena merasa sedih, marah, atau kecewa.
- Menyembunyikan
perasaan mereka yang sebenarnya.
- Mengabaikan
emosi negatif yang dirasakan orang lain.
- Mengucilkan
orang yang bersikap atau berfikir negatif.
Jangan sampai
terpengaruh
Jika kamu punya
teman atau seseorang yang suka menghindari masalah dan memaksa semua orang
untuk optimis terus, jangan sampai terpengaruh yaa.
Emosi kita,
positif maupun negatif, semuanya harus dihadapi dan diproses dengan baik, bukan
diabaikan.
Jadilah seseorang
yang realistis, yang berempati dengan orang lain, dan bisa memproses emosi
dengan baik.













